THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 28 Juli 2011

PAPER MANAJEMEN PERKOTAAN
Permasalahan Sanitasi Kota Pekanbaru




DOSEN
EKO PRIYO PRNOMO, S.IP

MUHAJIR ALFAJRI JUFRI
20070520027

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2010
A. Latar Belakang Masalah
Pekanbaru merupakan Ibukota Propinsi Riau dengan luas wilayah sekitar 632,26 Km2. Jumlah penduduk sekitar 800.000 jiwa (tahun 2008) meningkat dari 586.000 jiwa (tahun 2000). Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 4% per tahun. Diproyeksikan jumlah penduduk akan meningkat menjadi 1,1 juta (tahun 2015) dan 1,5 juta (tahun 2026). Kepadatan penduduk yang tertinggi terutama di kecamatan-kecamatan di pusat kota (Pekanbaru Kota dan Sukajadi), dan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penduduk di kawasan pemukiman baru (Tampan, Marpoyan Damai, Tenayan Raya, dll).
Peningkatan penduduk dan pemukiman yang pesat ini membutuhkan dukungan sarana dan prasarana dasar, khususnya air bersih dan sanitasi. Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi yang memadai merupakan suatu prasyarat bagi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan. Namun demikian dalam pelaksanaannya masih sering ditemukan kendala dan permasalahan, utamanya disebabkan oleh:
a. Perencanaan sanitasi masih relatif parsial dan sektoral, kurang terintegrasi antar subsektor air limbah, persampahan, dan drainase.
b. Koordinasi dan kinerja antar pihak-pihak yang berkepentingan dengan sanitasi masih belum terpadu;
c. Tingkat kesadaran dan kepatuhan terhadap peraturan yang terkait sanitasi masih relatif rendah, dan kurang tegasnya sanksi atas pelanggaran tersebut;
d. Keterbatasan anggaran dan investasi; sektor sanitasi masih belum menjadi skala prioritas.
e. Investasi sektor swasta masih terbatas, karena masih dinilai kurang layak.
f. Partisipasi swasta masih relatif terbatas, karena kurangnya sosialisasi dan edukasi.
Saat ini Kota Pekanbaru belum memiliki fasilitas air limbah terpusat (off-site), semuanya masih bersifat on-site. Sebagian besar penduduk Kota menggunakan jamban pribadi, dan hanya sebagian kecil saja yang menggunakan jamban bersama dan jamban umum. Untuk pengangkutan air limbah menggunakan truk yang dikelola oleh Dinas Kebersihan bersama-sama dengan Perusahaan Daerah dan pihak swasta. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) saat ini sudah selesai diperbaiki dan akan segera diserah-terimakan dengan Pemko Pekanbaru.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru memperkirakan produksi sampah sekitar 459 ton per hari, namun yang dapat terangkut hanya sekitar 160 ton per hari. Tingkat pelayanan sampah baru mencapai 36%. Beberapa faktor yang menjadi penyebab adalah keterbatasan SDM dan peralatan, teknis operasional yang masih tradisional mengikuti perilaku masyarakat, dan keterbatasan dana.
Kondisi sanitasi dan lingkungan yang buruk merupakan salah satu pemicu meningkatnya jumlah penderita diare, demam berdarah, dan malaria. Hal ini tentunya akan semakin membebani masyarakat, khususnya mereka yang tinggal pada perumahan yang padat dan tanpa sarana sanitasi yang memadai, dan mereka umumnya berpendapatan rendah.
Di sisi lain kondisi saluran drainase yang kurang baik merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir dan genangan di Kota Pekanbaru. Kondisi ini dikhawatirkan semakin memburuk karena banyaknya saluran yang rusak dan kurang berfungsi, menumpuknya sampah di saluran drainase, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran dan lingkungan pemukiman mereka.
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK) Pekanbaru. SSK merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi arah kebijakan, strategi, dan program pembangunan sanitasi secara terpadu, menyeluruh, dan jangka panjang. SSK merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi dan misi kota, strategi, rencana tata ruang, dan program pembangunan Kota Pekanbaru.
Strategi Sanitasi Kota (SSK) Pekanbaru berisikan visi dan misi sanitasi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan sektor sanitasi (2010 – 2026). Ruang lingkup SSK mencakup sistem pengelolaan air limbah domestik, persampahan dan drainase lingkungan, dengan mempertimbangkan aspek teknis dan kualitas pelayanan, pengembangan kelembagaan, penegakan hukum dan peraturan, pengembangan sistem pendanaan, peningkatan partisipasi masyarakat dan dunia usaha.
B. Pendekatan Yang Digunakan
Pendekatan yang digunakan yakni Pendekatan Legal Kelembagaan dimana peran Pemerintah Kota sangat dominan , langkah yang telah diambil oleh Pemerintah Kota adalah dengan Membentuk Kelompok Kerja (POKJA) Sanitasi Kota yang terdiri dari berbagai dinas / instansi yang terkait dengan kegiatan sanitasi. POKJA Sanitasi ini ditetapkan melalui SK Walikota, dan diharapkan dapat menjadi mitra selama pelaksanaan Program Pembangunan Sanitasi Kota (tahun 2007 – 2009). Tim Pokja Sanitasi yang terdiri dari sejumlah dinas/instansi yang terkait dengan kegiatan perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan sanitasi, seperti BAPPEDA, Kantor Lingkungan Hidup (dulu BAPEDALDA), Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota, Dinas Kesehatan, dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota.
Beberapa yang telah dilakukan oleh Tim Pokja Sanitasi Pemerintah Kota Pekanbaru selama kurun waktu 2008 - 2009 melalui Program Pengembangan Sanitasi Kota Pekanbaru telah dilaksanakan beberapa Proyek Sanitasi, yaitu :
a) Pembangunan IPAL Komunal beserta jaringan perpipaannya di Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Sail. Pembangunan IPAL ini menggunakan Sistem DEWATS (Decentralized Wastewater Treatment System).
b) Pembangunan MCK Plus di Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Pesisir. Pembangunan MCK ini juga menggunakan Sistem DEWATS untuk pengolahan air limbahnya.
c) Penggantian Tanki Septik Konvensional atau yang bocor dengan Tangki Septik Biofil di Kelurahan Tangkerang Timur (Kec. Bukit Raya) dan Kelurahan Tangkerang Tengah (Kec. Marpoyan Damai). Teknologi Biofilter adalah penggunaan media kontak untuk pembiakan bakteri pengurai (filter biologis).
d) Pembangunan Transfer Depo (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) dan dilengkapi dengan sarana Komposting Sampah rumah tangga di Kelurahan Limbungan Baru, Kecamatan Rumbai Pesisir.
e) Pembangunan Sarana Komposting untuk pengolahan dan pemanfaatan limbah hijau (pepohonan, rumput, tanaman, dll) sebagai pupuk di Hutan Kota, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Sail.
f) Sosialisasi Bor Biopori sebagai upaya meningkatkan resapan air ke dalam tanah dan pengurangan genangan yang dilakukan di Kecamatan Sukajadi dan Bukit Raya.
g) Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun bagi murid-murid di 20 Sekolah Dasar. Kegiatan ini dilengkapi pula dengan bimbingan & pelatihan bagi murid dan guru, pembangunan wastafel komunal, penyediaan tong sampah basah & kering, tanki air bersih, dll.
h) Renovasi dan pembangunan MCK Plus di Kampung Dalam.
i) Survei dan Inventarisasi Drainase seluas 1.000 Ha di kawasan pusat kota. Hasil survei ini diharapkan dapat menjadi database drainase dan sebagai bahan perencanaan sistem drainase yang lebih baik.
j) Pengenalan Software KIKKER untuk database drainase dan juga Software SOBEK untuk membantu mensimulasi perencanaan drainase.
Selain pembangunan fisik, juga telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
• Penguatan kelembagaan Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Pekanbaru. Pokja merupakan representasi dari dinas/instansi yang terkait dengan kegiatan pembangunan sanitasi, terdiri dari BAPPEDA (Koordinator), Dinas PU, Dinas Tata Ruang & Bangunan, Dinas Kebersihan & Pertamanan, Dinas Kesehatan, Kantor Lingkungan Hidup, dan perwakilan dari LSM.
• Pelatihan kepada operator Komposting, baik yang dilakukan di Rumbai Pesisir maupun di Hutan Kota. Hal ini untuk meningkatkan kemampuan teknis dan sekaligus operasional dan pemeliharaan sarana.
• Pelatihan penggunaan Software KIKKER dan SOBEK dalam rangka pengembangan sistem database drainase dan simulasi perencanaan drainase.
• Seminar dan lokakarya, baik di tingkat kota maupun kecamatan & kelurahan. Hal ini dalam rangka meningkatkan pemahaman dan keterlibatan segenap instansi pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan sanitasi di Pekanbaru.
• Kampanye dan sosialisasi sanitasi, baik melalui Televisi, Radio, Koran dan juga dengan Stikers, Leaflet, dll.

Kebijakan Sanitasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota dapat mencegah pembuangan sampah di aliran sungai karena Pemerintah Kota Pekanbaru telah mencanangkan system perpipaan dalam pembuangan air limbah rumah tangga, terutama air bekas cuci dan dapur.
Dengan adanya sanitasi diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dan tidak membuat aliran pembuangan limbah atau kotoran langsung ke sungai, karena hal ini dapat mencemarkan air sungai dan menggenangkan air sungai yang berakibat banjir.
Menurut survei dapat ditemukan hasil bahwa meningkat tingkat keamanan terhadap air tanah, dengan itu dapat memudahkan bagi Pemerintah Kota Pekanbaru untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat.
Dengan kondisi Linkungan yang baik merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan mutu kesehatan masyarakat terutama yang tinggal d perumahan kumuh yang paling sering terjangkit penyakit.
D. Peran Pemerintah Kota Pekanbaru
Untuk Menyelesaikan masalah sanitasi ini Pemerintah Kota Pekanbaru dengan cara, yakni :
• Menciptakan iklim yang kondusif bagi pengelolaan sanitasi yang terpadu, berkelanjutan dan didukung oleh berbagai pihak.
• Meningkatkan kebutuhan layanan prasarana dan sarana sanitasi yang baik dan sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungan permukiman dan sosial-budaya
• Meningkatkan kemampuan penyediaan layanan untuk memenuhi kebutuhan sanitasi
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Pada tahap awal sangat dibutuhkan upaya untuk membangun iklim yang kondusif melalui tata kelola sanitasi yang baik, khususnya melalui penguatan kelembagaan dan komitmen dari SDM yang terlibat, pembenahan peraturan perundangan, adanya dukungan anggaran Pemerintah sebagai pemicu (trigger) bagi pengembangan sanitasi jangka panjang.
Dengan adanya iklim sanitasi yang kondusif tersebut, dan kemudian diikuti dengan sosialisasi dan edukasi yang tepat kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kebutuhan (demand) terhadap pelayanan prasarana dan sarana sanitasi yang baik dan aman bagi lingkungan. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya pihak-pihak penyedia produk dan jasa layanan sanitasi (supply), seperti jasa perencanaan, jasa pengurasan dan pengangkutan lumpur tinja, jasa pengangkutan sampah, usaha komposting, kontraktor septiktank dan IPAL, biofil dan bor biopori, dll. Bila kerjasama tiga komponen ini berlangsung dengan baik maka permasalahan sanitasi dapat segera diatasi.
Beberapa faktor penting yang sangat menentukan dalam implementasi Strategi Sanitasi ini adalah:
• Pemasaran sanitasi dan peningkatan peran-serta masyarakat
• Penguatan kelembagaan dan pengembangan kapasitas
• Pengembangan berbagai alternatif sumber pendanaan, misalnya melalui meso-financing, kerjasama dengan lembaga donor luar negeri, dll.
• Peningkatan peran-serta dunia usaha, misalnya melalui kerangka kerjasama Kemitraan Pemerintah dan Swasta
• Sistem informasi dalam rangka mendukung perencanaan, operasi dan pemeliharaan, monitoring dan evaluasi.
E. Peran Masyarakat
Salah satu bentuk dari partisipasi masyarakat dalam masalah Sanitasi salah satu contoh dengan cara pengendalian pencemaran air di lokasi perumpahan sederhana adalah dengan memutus pipa saluran langsung dari septic tank ke parit yang banyak terdapat di lokasi perumahan Widya Graha 1 dan Perumahan Delima Puri. Jika saluran langsung ini tidak ada dan bangunan septic tank tidak memenuhi standar, yang akan tercemar hanyalah air bersih (air sumur) setempat, tetapi dengan dibuatnya saluran langsung ke parit, pencemaran air tidak hanya terjadi secara local melainkan akan meluas jauh sampai ke anak sungan dan perairan umum. Dalam hal ini peran aktif dari masyarakat sangat diharapkan karena tanpa adanya peran aktif dari masyarakat prokram yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru tidak akan berhasil.

0 komentar: